Dalam kemekaran novel dalam sastra di budaya sunda sebenarnya lebih dulu, jika dibandingkan dengan novel yang berbahasa indonesia. Nama pengarang novel yang pertama kali atau munggaran (mimiti muncul pangheulana) dina sastra sejarah sunda yaitu novel yang berjudul Baruang Ka nu Ngarora karangan dari D.K Ardiwinata pada tahun 1914.
Resensi Novel Puputon Dalam Bahasa Sundal
Dibawah ini akan dituliskan beberapa kumpulan nama-nama judulnovel dalam bahasa sunda beserta sang pembuatnya atau pengarannya sendiri. Mungkin saja nama-nama ini masih belum lengkap, untuk itu bisa kita koreksi bersama-sama untuk informasi pada karya sastra novel yang satu ini.
Nah Demikianlah kumpulan novel sunda jeung pangarangna atau dalam bahasa indonesianya judul novel bahasa sunda dan pengarangnya, yang kurang lebih semuanya ada 31 pengarang judul novel sunda.
Dengan mengetahui unsur intrinsik, pastinya kamu akan lebih mudah memahami novel tersebut. Selain itu, biasanya dalam tugas bahasa Sunda di sekolah juga kamu akan diminta untuk melakukan analisis unsur intrinsik novel Sunda sehingga perlu tahu mengenai hal ini.
Unsur intrinsik novel basa Sunda selanjutnya yaitu galur. Galur juga bisa disebut plot dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya, plot bukan jalan cerita, walaupun antara plot dengan jalan cerita tidak bisa dipisahkan. Plot merupakan dasar yang menimbulkan jalan cerita.
Berbeda dengan palaku atau tokoh yang ada di sastra zaman dahulu, biasanya palaku dalam novel adalah manusia. Selaku pribadi, palaku yang menjadi tokoh memiliki watak. Demi watak yang ada dalam diri palaku bisa dijelaskan dengan beberapa cara.
1 SUARA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUNDA PUPUTON BUAH HATI KARYA AAM AMILIA Retty Isnendes 1 INTISARI Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengungkapkan suara perempuan dalam novel Sunda Puputon Buah Hati karya sastrawati Sunda, Aam Amilia. Ada dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan teoritis dan tujuan praktis. Tujuan teoritis adalah memanfaatkan teori Feminisme yang sedang berkembang pesat di dunia akademik dan bidang kehidupan lainnya. Tujuan teoritis tersebut digunakan untuk mengungkap dan menafsirkan suara-suara perempuan melalui: 1) tubuh dan seksualitas tokoh perempuan, 2) bahasa dipergunakan tokoh perempuan, 3) diksi yang ditampilkan tokoh perempuan, 4) reaksi tokoh perempuan atas relasi gender yang tidak seimbang, dan 5) budaya perempuan di antara budaya keseluruhan. Adapun tujuan praktis penelitian ini adalah timbulnya pemahaman dan kesadaran baru bagi perempuan untuk memperbaiki hidupnya di masa sekarang dan masa datang, serta kesadaran baru bagi laki-laki akan budaya androgini. Metode penelitian menggunakan cara deskriptif-analitik. Dimulai dari menelaah data yang berupa teks, lalu mendeskripsikan yang koheren, kemudian mengutip lalu menganalisisnya. Teknik yang digunakan adalah analisis gender, yaitu menelaah kehidupan masyarakat sebagai satu sistem yang berdasarkan pada struktur dan relasi sosial antara perempuan dan laki-laki. Hasil yang dicapai adalah pertama, kedudukan perempuan dalam sastra Sunda dan kedua, suara perempuan yang dicetuskan lewat tokoh sastra. Perempuan dalam sastra Sunda dalam penelitian ini mempunyai dua kedudukan, yaitu perempuan Sunda sebagai tokoh sastra dan perempuan Sunda sebagai penulis sastra. Manifestasi suara perempuan lewat tokoh utama dalam novel Puputon, Astri dan Mamay, dirangkum melalui butir-butir tentang: tubuh dan jiwa, bahasa, hak-hak istimewa, strategi yang dibangun dalam menghadapi konstruk sosial yang mendua, dan budaya perempuan di antara budaya keseluruhan, serta terekamnya proses kesadaran kedua tokoh. Butir-butir suara itu bisa sama antara Astri dan Mamay, juga bisa berbeda antara keduanya. Persamaan dan perbedaan itu bisa berada dalam ruang zona liar perempuan; perempuan dengan dirinya sendiri, ataupun dalam zona yang didominasi budaya patriarki, juga persentuhannya dengan budaya secara keseluruhan, sebagai bagian dari komunalitas dunia.*** Kata kunci: suara perempuan gender budaya Sunda 1 Retty Isnendes adalah Dosen Sastra Sunda Modern di Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS UPI Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung.
2 PENDAHULUAN Novel karya perempuan yang selalu dipandang tidak berarti dan sebuah karya yang lucu oleh George Eliot (Showalter, 1985:258), sebenarnya adalah sebuah gagasan yang membawa fakta kemanusiaan dengan dimediasi oleh pandangan dunia penulisnya, yaitu pandangan dunia perempuan dengan segenap pengalamannya. Pandangan dunia ini pula, yang menurut Humm (2002:312), menjadi dasar penulisan novel bagi perempuan karena hanya perempuan kelas menengah ke ataslah yang dapat mengekspresikan gagasannya yang tidak terlalu dirintangi oleh training ala klasik. Novel-novel karya perempuan merupakan arus terpendam dalam arus utama sastra. Novel-novel karya perempuan merupakan tulisan bersuara ganda, karena selain karyanya menciptakan dunia yang otonom juga selalu membawa warisan sosial dan budaya dari kelompok bisu yang dominan. Tulisan perempuan dalam novelnya juga merupakan satu langkah pemahaman diri karena setiap langkah dari suatu budaya sastra perempuan dan suatu tradisi sastra perempuan merupakan signifikasi yang paralel pada bidang sejarah yang kritis dan tradisi yang kritis (Showalter, 1985:264). Novel Sunda Puputon karya Aam Amilia termasuk novel yang bersuara ganda karena selain menampilkan cerita imaginatif, novel itu juga menyuarakan pemahaman diri perempuan terhadap keadaan sosial-budaya sekaligus mereaksi kondisi sosial-budaya pada masanya. Aam Amilia adalah pengarang yang cakap dalam menangkap fenomena ketimpangan sosial pada waktu cerita itu ditulis. Tahun 1970-an ketika itu,
3 Indonesia sedang dihebohkan oleh Peraturan Pemerintah No. 10 atau PP 10. Peraturan itu menetapkan kehidupan perkawinan dan seksual pegawai negeri sipil (PNS). Peraturan itu mengatur pernikahan, poligami, dan praktik-praktik perceraian, menyinggung soal ketidaksetiaan dan perselingkuhan dalam perkawinan (Hellwig, 2003: 243). Khusus untuk masalah poligami, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, tentu saja mereaksi hal yang melarang masalah menikah lagi. Hal itu karena dalam Islam, poligami diperbolehkan dengan syarat yang cukup berat, yaitu harus berlaku adil. Jadi, apabila suami tidak bisa adil, maka cukuplah satu istri baginya (Al-Quran surat An-Nisa ayat 3). Sebagai umat yang menjalankan syariat Islam, sekaligus mewakili kelompok mayoritas, Aam Amilia tidak menyetujui PP 10 yang dibuat pemerintah, sekaligus intervensi terhadap hak asasi manusia tersebut. Akan tetapi, sebagai perempuan dan sebagai individu, Aam Amilia mempunyai prinsip tersendiri mengenai poligami 2. Situasi dan kondisi tersebut membuat dirinya terobsesi dan muncullah tulisan fiksi Puputon dalam bentuk cerita bersambung sebagai reaksi pada keadaan sosial-budaya pada masanya dan dimuat pada majalah Sunda Mangle. Pada tahun 1979, cerita ini dibukukan; menjadi sebuah novel. Jangkauan penelaahan dalam penelitian ini dibatasi dengan: (1) suara (2) perempuan, dan (3) novel Sunda. 2 Wawancara, Februari 2004
4 Suara atau voice adalah penggambaran suara dalam sastra yang merupakan strategi tekstual yang digunakan penulis perempuan untuk mendekonstruksi citra perempuan yang melekat dari sastra laki-laki. Suara perempuan menurut Cixous, bisa berarti feminitas yang perempuan tampilkan, sebagai hak istimewa suara perempuan, atau suara itu adalah bahasa menurut Kristeva dan Irigaray. Bahasa yang berbicara tentang ibu dan tubuh ibu; sebagai bagian dari ruang linguistik yang abadi (Humm, 2002: 488). Bila merujuk pada ciri tulisan perempuan menurut Showalter (1985), maka didapat empat suara perempuan yang ditampilkan, yaitu: melalui 1) tubuh, 2) bahasa, 3) jiwa, dan 4) budaya yang menjadi ciri khas perempuan. Keempat ciri itu dikembangkan dengan optimal dari data yang ditampilkan melalui: 1) tubuh dan seksualitas perempuan, 2) bahasa perempuan, 3) reaksi perempuan atas relasi gender yang timpang, dan 4) budaya perempuan. Adapun perempuan yang dimaksud adalah perempuan sebagai tokoh cerita, yaitu Astri dan Mamay. Melalui Astri dan Mamay, Aam Amilia menyuarakan pemahaman dan penjelasan keperempuanannya. Tokoh Astri dan Mamay merupakan tokoh yang berbicara atau bersuara. Astri dan Mamay adalah juga subjek yang menentukan nasibnya sendiri dalam dunianya (novel Puputon). Novel Sunda yang terpilih sebagai sample, sebagaimana judul, adalah Puputon atau bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah Buah Hati, karya Aam Amilia pengarang Sunda. Novel ini dianggap sebagai novel yang bersifat feminis dan memenuhi kriteria teks feminis, sebagaimana Register lewat Prabasmoro (2000) dan Hidayat (2001) sebutkan.
5 Respon terhadap novel Puputon di kalangan akademik terwujud melalui tugas akhir, skripsi, diskusi ilmiah, penelitian independen, dan penelitian yang dibiayai pemerintah. Apabila diperhatikan dari judul tugas akhir, skripsi, penelitian independen, dan penelitian dengan biaya pemerintah yang telah ada, bisa dimungkinkan deskripsi penelitian terhadap Puputon adalah dengan menggunakan teori struktural otonomik, struktural semiotik, dan strukturalekstrinsik (mimetik), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh tim menggunakan teori gender dan sosiologi sastra sebagai pendekatannya. Akan tetapi, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah ada sebelumnya karena menggunakan pendekatan Feminisme yang diharapkan dapat mencitrakan perempuan dengan positif dan menghadirkan suara perempuan yang baru yang menjadi dirinya sendiri. TINJAUAN PUSTAKA Feminisme, Kritik Sastra Feminis, Suara Perempuan, Sosiologi Sastra, dan Strukturalisme Genetik Pengertian feminisme secara umum adalah ideologi pembebasan perempuan. Hal itu diyakini, karena dalam semua pendekatannya perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya (yang perempuan). (Humm, 2002:158). Definisi feminisme sebenarnya cenderung bermacam-macam. Kebermacamannya dibentuk oleh ideologi, politik, agama, ras, dan budaya masing-masing perempuan, sedangkan dasar pemikiran feminisme adalah pengalaman perempuan sendiri. Kebermacaman definisi itu bisa dilihat dari jenis 2ff7e9595c
Comments